Muhammad Jafar, calon anggota legislatif nomor 7 dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, meminta kembali dana “politik uang” yang disebarnya saat masa tenang.
Tuntutan itu disampaikannya setelah mengetahui perolehan suaranya di TPS 7, Kampung Nelayan Mansapa, Nunukan, hanya dua suara.
Kaharuddin, warga Kampung Nelayan Mansapa, yang ditugasi menyebarkan dana politik uang mengaku terpaksa mengganti uang yang telah diberikan kepada sejumlah warga karena malu menagih kepada warga.
“Dia memberikan saya 23 amplop masing-masing berisi Rp 150.000. Jadi jumlahnya semua Rp 3,45 juta. Dia ngomong minta bantu dicarikan suara di TPS 07 Perumahan Nelayan, Desa Mansapa," kata Kaharuddin, Kamis (10/4/2014).
"Setelah menerima uang, saya serahkan kepada warga sejumlah 27 orang. Saya terpaksa nombok Rp 600.000 karena ada empat warga lagi minta kepada saya,” sambungnya.
Sehari pascapelaksanaan Pemilu 2014, Kaharuddin mengaku mendapat pesan singkat seluler dari Muhammad Jafar yang meminta pengembalian uang kerena Jafar hanya mendapat dua suara di TPS itu.
“Saya telepon dia, dia minta kembali uangnya. Tadi pagi ada suruhan dia mau ngambil uang, tapi tidak saya kasih karena saya mau mengembalikan sendiri,” ujar Kaharuddin.
"Saya enggak mau harga diri saya hilang. Saya tidak mau malu dengan menagih masyarakat. Lebih baik saya bertanggung jawab mengembalikan uang," kata dia lagi.
Menurut Kaharuddin, sebenarnya tidak ada perjanjian bahwa uang harus kembali jika prediksi perolehan suara meleset. "Dia seorang pengusaha rumput laut, saya cuma nelayan rumput laut. Saya takut,” ungkap Kaharuddin.
Tuntutan itu disampaikannya setelah mengetahui perolehan suaranya di TPS 7, Kampung Nelayan Mansapa, Nunukan, hanya dua suara.
Kaharuddin, warga Kampung Nelayan Mansapa, yang ditugasi menyebarkan dana politik uang mengaku terpaksa mengganti uang yang telah diberikan kepada sejumlah warga karena malu menagih kepada warga.
“Dia memberikan saya 23 amplop masing-masing berisi Rp 150.000. Jadi jumlahnya semua Rp 3,45 juta. Dia ngomong minta bantu dicarikan suara di TPS 07 Perumahan Nelayan, Desa Mansapa," kata Kaharuddin, Kamis (10/4/2014).
"Setelah menerima uang, saya serahkan kepada warga sejumlah 27 orang. Saya terpaksa nombok Rp 600.000 karena ada empat warga lagi minta kepada saya,” sambungnya.
Sehari pascapelaksanaan Pemilu 2014, Kaharuddin mengaku mendapat pesan singkat seluler dari Muhammad Jafar yang meminta pengembalian uang kerena Jafar hanya mendapat dua suara di TPS itu.
“Saya telepon dia, dia minta kembali uangnya. Tadi pagi ada suruhan dia mau ngambil uang, tapi tidak saya kasih karena saya mau mengembalikan sendiri,” ujar Kaharuddin.
"Saya enggak mau harga diri saya hilang. Saya tidak mau malu dengan menagih masyarakat. Lebih baik saya bertanggung jawab mengembalikan uang," kata dia lagi.
Menurut Kaharuddin, sebenarnya tidak ada perjanjian bahwa uang harus kembali jika prediksi perolehan suara meleset. "Dia seorang pengusaha rumput laut, saya cuma nelayan rumput laut. Saya takut,” ungkap Kaharuddin.
Dikonfirmasi Kompas.com, caleg PKS Muhammad Jafar mengakui meminta kembali dana money politics karena kecewa tidak ada pemilih di TPS 07 Kampung Nelayan Mansapa. Dia mengakui telah memberikan uang kepada Kaharuddin karena sebelumnya ada jaminan akan mendapat 23 suara di TPS 07. Uang sebesar Rp 3,4 juta lebih itu dibagi dalam 23 amplop yang masing-masing berisi Rp 150.000.
sumber : kompas.com
hal ini menunjukan bahwa yang menjadi motif dalam pencalegan, hanya sebatas karir dan politik hukum di indonesia masih sangat minim kesadarannya. sudah di anggap wajar kita bisa lihat dari pencalonan yang terkecil saja itu sudah banyak apa lagi yang tinggkatanya lebih tinggi. ketidak efektifan demokrasi ya seperti ini, indonesia bukannya tidak siap dengan demokrasi itu sendiri tapi tidak menyiapkan diri untuk melakukan demokrasi yang menjadi atau di cita-citakan masyarakat.
hal yang paling penting dalam pemilu adalah kita harus bisa pilah-pilih wakil rakyat yang benar-benar berpihak kepada rakyat, bukan karena nepotisme dan politik uang inilah yang menjadi PR bangsa ini.
hal yang paling penting dalam pemilu adalah kita harus bisa pilah-pilih wakil rakyat yang benar-benar berpihak kepada rakyat, bukan karena nepotisme dan politik uang inilah yang menjadi PR bangsa ini.
bagaimana menurut Saudara mengenai kasus di atas?
0 komentar
Post a Comment