Tuesday, April 8, 2014

Garam dan Telaga



Sahabat blogger kali ini saya akan berbagi cerita yangbisa memotivasi diri Saya sendiri dan semoga diri Anda bisa juga termotivasi.Kali ini saya mengshare postingan yang berjudul “Garam Dan Telaga” oke langsung saja  silahkan dibaca ya.
******************************************************************************
Garam Dan Telaga
http://pangeran25.blogspot.com/2014/04/garam-dan-telaga.html

Suatu ketika hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang pemuda yang sedang dirundung banyak masalah. Lankahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu , memang seperti orang yang tak bahagia.
Tanpa membuang waktu, pemuda itu langsung menceritakan masalahnya. Pak tua yang bijak hanya mendengar dengan saksamanya. Ia lalu mengambil segenggam garam dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air putih. Ditaburkannya garam dalam air di gelas itu, lalu diadukannya perlahan, “Coba minum ini, dan katakan bagaimana rasanya .” ujar pak tua itu.
“Pahit, pahit sekali” jawab sang tamu, sambil meludah kesamping. Pak tua itu sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat dengan tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenag itu.
Pak tua itu lalu kembali menabur segenggam garam ke dalam telaga itu, dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan air itu.
“Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah.” Saat tamu selesai minum air itu, pak tua bertanya lagi, “Bagaimana rasanya?”
“Segar”, sahut tamunya. “Apakah kerasakan garam di air itu?” Tanya pak tua lagi.
“Tidak” jawab sang anak muda.
Dengan bijaksana,  pak tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda, ia lalu mengajak duduk berhadapan, bersimpuh disamping telagaitu, “Anak muda, dengarlah. Pahit kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang, jumlah dan rasanya pahitnya itu adalah sama dan memang akan tetap sama.”
“Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya satu yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”

Pak tua itu lalu kembali memberikan nasihat, “Hatimu,adalah wadah itu. Perasaan adalah tempat itu, kalbumu adalah tempat kamumenampung segalanya, jadi jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlahlaksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan mengubahnya menjadikesegaran dan kebahagiaan.”

0 komentar

Post a Comment