Sahabat blogger kali ini saya akan berbagi cerita yang
bisa memotivasi diri Saya sendiri dan semoga diri Anda bisa juga termotivasi.
Kali ini saya mengshare postingan yang berjudul “Jendela Kehidupan” oke langsung saja silahkan dibaca ya.
******************************************************************************
Jendela kehidupan
Dua orang laki-laki, keduanya sakit keras, menempati
ruang rumah sakit yang sama. Yang satu diperboleehkan duduk di tempat tidurnya
selama satu jam sehari untuk negeringkan cairan di pru-parunya. Tempat tidurnyabersebelahan dengan satu jendela di ruangan itu. Sementara pasien yang satuharus menghabiskan seluruh waktunya untuk berbaring di tempat tidur.
Kedua laki-laki itu berbicara berjam-jam. Mereka
membicarakan tentang istri dan keluargs mereka, rumah dan pekerjaanya, serta
tempat berlibur mereka. Dan setiap sore ketika laki-laki yang disebelah jendela
itu diperbolehkan duduk, dia akan
menggambarkan kepada teman kamarnya segala hal di luar yang bisa dia lihat.
Laki-laki yang hanya bisa berbaring akan merasakan
hidup selama satu jam setiap kali temannya menggambarkan kejadian diluar yang
bisa dilihat dari jendela. Jendela itu menghadap sebuah taman dengan danau yang
indah, demikian kata laki-laki di sebelah jendela. Bebek dan angsa berenang di
danau itu, sementara anak-anak kecil bermain kapal kertas. Para kekasih saling
berjalan bergandengan tangan di tengah-tengah bunga yang berwarna-warni.
Tumbuhan-tumbuhan besar nana tua menghiasi taman, dan wajah kota dapat dilihat
di kejauhan. Ketika laki-laki disebelah jendela menggambarkan semuanya secara
rinci, laki-laki yang ada di tempat tidur yang lain akan memejamkan matanya dan
membayangkan pemandangan yang diceritakan kepadanya.
Suatu sore, laki-laki disebelah jendela menggambarkan
sebuah parade yang sedang lewat. Walaupun laki-laki di tempat tidur yang lain
tidak dapat mendengarkan suara marching band, tetapi dia dapat melihat dengan
jelas dipikirannya karena temannya yang menggambarkannya dengan kata-kata yang
sangat deskriptif.
Sayangnya, sebuah pikiran buruk masuk ke dalam
kepalanya. Mengapa dia harus menikmati segala hal sementara dia tidak bisa melihat apapun? Ini tidak adil.
Ketika pikiran ini muncul, ia merasa iri. Tetapi seiring dengan berlalunya
waktu, perasaan iri berubah menjadi benci. Dia mulai gelisah dan tidak dapat
tidur. Dia seharusnya berada di sebelah jendela itu dan pemikiran ini
mengendalikan hidupnya.
Di tengah-tengah malam, ketika dia berbaring memandang
langit-langit, tiba-tiba laki-laki disebelah jendela batuk-batuk, dia tercekak
oleh cairan yang ada di paru-parunya. Dia memandang di keremangan cahaya teman
kamarnya yang sedang berjuang menjangkau tombol alarm untuk meminta
pertolongan, tapi tidak berhasil. Mengetahui hal ini , dia tidak pernah bergerak,
tidak pernah berusaha menekan tombolnya untuk memanggil suster. Tidak lebih
dari lima menit, batuk dan sedakan berhenti, demikina dengan bunyi napasnya.
Yang ada hanyalah kebisuan-kebisuan yang mematikan.
Di keesokan harinya, waktu ketika perawat membawakan
air mandi untuk mereka. Dia mendapati tubuh laki-laki di sebelah jendela sudah
tidak bernyawa, dia merasa sedih dan memanggil perawat lain untuk membawanya
keluar. Ketika dirasa sudah tepat waktunya, laki-laki yang hanya bisa berbaring itu meminta untuk
pindah ke sebelah jendela. Sang perawat tak keberatan memindahkannya. Setelah
semuanya dirasa nyaman untuknya, sang perwat pun meninggalkannya sendirian
dikamar.
Pelan-pelan, denganpenuh rasa sakit, dia berusaha
menggapai jendela dengan bantuan satu tanganya untuk merasakan pemandangan
pertamanya. Dia berharap dia dapat mendapatkan pemandangan yang lebih banyak
dengan mata kepala sendiri, pemandangan yang indah yang selama ini hanya bisa
dibayangkan. Dengan susah payah, dia memulai melihat dari jendela , dan
ternyata hanya tembok kosong yang dilihatnya.
hikmah
Anda lebih tahu dari pada saya
0 komentar
Post a Comment