Tuesday, April 22, 2014

Jendela Kehidupan

Sahabat blogger kali ini saya akan berbagi cerita yang bisa memotivasi diri Saya sendiri dan semoga diri Anda bisa juga termotivasi. Kali ini saya mengshare postingan yang berjudul “Jendela Kehidupan” oke langsung saja  silahkan dibaca ya.
******************************************************************************
Jendela kehidupan 


Dua orang laki-laki, keduanya sakit keras, menempati ruang rumah sakit yang sama. Yang satu diperboleehkan duduk di tempat tidurnya selama satu jam sehari untuk negeringkan cairan di pru-parunya. Tempat tidurnyabersebelahan dengan satu jendela di ruangan itu. Sementara pasien yang satuharus menghabiskan seluruh waktunya untuk berbaring di tempat tidur.
Kedua laki-laki itu berbicara berjam-jam. Mereka membicarakan tentang istri dan keluargs mereka, rumah dan pekerjaanya, serta tempat berlibur mereka. Dan setiap sore ketika laki-laki yang disebelah jendela itu diperbolehkan duduk,  dia akan menggambarkan kepada teman kamarnya segala hal di luar yang bisa dia lihat.
Laki-laki yang hanya bisa berbaring akan merasakan hidup selama satu jam setiap kali temannya menggambarkan kejadian diluar yang bisa dilihat dari jendela. Jendela itu menghadap sebuah taman dengan danau yang indah, demikian kata laki-laki di sebelah jendela. Bebek dan angsa berenang di danau itu, sementara anak-anak kecil bermain kapal kertas. Para kekasih saling berjalan bergandengan tangan di tengah-tengah bunga yang berwarna-warni. Tumbuhan-tumbuhan besar nana tua menghiasi taman, dan wajah kota dapat dilihat di kejauhan. Ketika laki-laki disebelah jendela menggambarkan semuanya secara rinci, laki-laki yang ada di tempat tidur yang lain akan memejamkan matanya dan membayangkan pemandangan yang diceritakan kepadanya.
Suatu sore, laki-laki disebelah jendela menggambarkan sebuah parade yang sedang lewat. Walaupun laki-laki di tempat tidur yang lain tidak dapat mendengarkan suara marching band, tetapi dia dapat melihat dengan jelas dipikirannya karena temannya yang menggambarkannya dengan kata-kata yang sangat deskriptif.
Sayangnya, sebuah pikiran buruk masuk ke dalam kepalanya. Mengapa dia harus menikmati segala hal sementara dia  tidak bisa melihat apapun? Ini tidak adil. Ketika pikiran ini muncul, ia merasa iri. Tetapi seiring dengan berlalunya waktu, perasaan iri berubah menjadi benci. Dia mulai gelisah dan tidak dapat tidur. Dia seharusnya berada di sebelah jendela itu dan pemikiran ini mengendalikan hidupnya.
Di tengah-tengah malam, ketika dia berbaring memandang langit-langit, tiba-tiba laki-laki disebelah jendela batuk-batuk, dia tercekak oleh cairan yang ada di paru-parunya. Dia memandang di keremangan cahaya teman kamarnya yang sedang berjuang menjangkau tombol alarm untuk meminta pertolongan, tapi tidak berhasil. Mengetahui hal ini , dia tidak pernah bergerak, tidak pernah berusaha menekan tombolnya untuk memanggil suster. Tidak lebih dari lima menit, batuk dan sedakan berhenti, demikina dengan bunyi napasnya. Yang ada hanyalah kebisuan-kebisuan yang mematikan.
Di keesokan harinya, waktu ketika perawat membawakan air mandi untuk mereka. Dia mendapati tubuh laki-laki di sebelah jendela sudah tidak bernyawa, dia merasa sedih dan memanggil perawat lain untuk membawanya keluar. Ketika dirasa sudah tepat waktunya, laki-laki  yang hanya bisa berbaring itu meminta untuk pindah ke sebelah jendela. Sang perawat tak keberatan memindahkannya. Setelah semuanya dirasa nyaman untuknya, sang perwat pun meninggalkannya sendirian dikamar.
Pelan-pelan, denganpenuh rasa sakit, dia berusaha menggapai jendela dengan bantuan satu tanganya untuk merasakan pemandangan pertamanya. Dia berharap dia dapat mendapatkan pemandangan yang lebih banyak dengan mata kepala sendiri, pemandangan yang indah yang selama ini hanya bisa dibayangkan. Dengan susah payah, dia memulai melihat dari jendela , dan ternyata hanya tembok kosong yang dilihatnya.


hikmah
Anda lebih tahu dari pada saya

0 komentar

Post a Comment